Minggu, 22 Januari 2012

Malam Ideku

Aku mengantuk malam itu. Tapi aku harus di depan lampu balajarku. Kelopak mataku turun dan turun. Maka jelaslah aku tertidur. Aku tak tahu seberapa lama aku tertidur, yang kutahu aku terbangun karena ada yang memanggilku.

“Hei bodoh, bangun kau !!!

“Siapa kamu?”

“Aku ide. Aku ingin kamu bangun dan tulis aku.”

“Kau tahu ini jam berapa? Aku butuh istirahat, besok aku harus ikut ujian mata kuliah yang penting. Jangan ganggu aku !!!”

“Mahluk tak berguna !! Kau biarkan aku yang rela datang malam-malam begini. Coba kau lihat dirimu. Terkulai tidur, sama seperti yang lain. Kau kira kau lebih baik daripada yang lain? Tidak, kau sama seperti mereka. Tukang tidur.”

Aku seperti tersengat mendengar kata-katanya. Amarahku membuatku tak lagi merasa mengantuk. Terpikir olehku untuk mengeluarkan semua umpatanku. Tapi tiba-tiba, sebuah pena menghantam wajahku dan jatuh tepat di tangan kananku.

“Bagus. Ayo cepat tulis aku. Waktumu tak banyak untuk menulisku.”

“Kenapa kau paksa aku untuk menulismu?”

“Karena kau diperintahkan untuk menulisku.”

“Siapa yang memerintahku untuk menulismu?”

“Tuhanmu.”

“Kenapa harus malam-malam begini?”

“Karena Ia ingin melihatmu berbagi idemu.”

“Kau sungguh tak menjawab pertanyaanku.”

“Tuhanmu pernah melihat catatan cita-citamu tentang menjadi penulis. Dan sekarang adalah waktu yang tepat untukmu menulisku. Berhentilah bertanya, tulis saja aku.”

Apa? Tuhan melihat catatan cita-citaku? Mana mungkin. Bukankah catatan itu sudah kusimpan lama di buku bahasa Indonesia SD-ku? Tak mungkin. Ia pasti berbohong untuk menggangu malam ujianku.

“Bagaimana kalau malam besok saja?”

“Tidak, harus malam ini juga.”

“Kumohon. Aku harus istirahat malam ini, besok aku ada ujian.”

Ia menaatapku benci. Mukanya menunjukkan amarah seakan ia ingin menyekap dan mengunciku di kamar mandi. Ia tak menjawab permintaan terakhirku itu, hanya matanya yang seolah berkata “Ya tuhan, kenapa kau ciptakan manusia seperti dia !!?” Tapi aku tak peduli, aku malah menguap lebar seolah aku benar-benar mengantuk.

“Maukah kau menulisku.”

“Tidak.”

“Sungguh. Aku melihat tanganmu adalah tangan para penulis besar. Alangkah bodohnya jika kau abaikan aku, karena tak semua orang bisa bertemu dengan idenya.”

“Tapi kau datang disaat yang tidak tepat bagiku. Kau sungguh tak tahu aturan. Kalau kau memang ideku tolong mengertilah aku.” Kataku seolah menasehati ideku sendiri.

Ia terdiam mendengar ucapan terakhirku itu. Kurasa aku berhasil menyadarkan ideku sendiri. Aku bersorak dalam hati dan berdoa agar ia segera meninggalkan aku. Dan samar-samar kudengar lagu ‘Indonesia Raya’ berkumandang di telingaku. Aku menang. Aku berhasil menurunkan bendera ideku.

***
Tapi sayang hingga lagu berakhir, ia tetap memandangiku benci. Sepertinya ia makin ingin menyekapku. Tapi bukan aku, jika tak tertantang membalas tatapan bencinya. Semakin lama menatapnya akhirnya api amarah membakar hatiku. Akhirnya dia yang memulai.

“Ingat, waktumu hanya sebentar untuk menulisku, kalau kau banyak bertanya, maka …”

“Apa? Maka apa? Kau tahu, kau sudah mengganggu orang yang tak mengganggumu !!!” kataku menyela ucapannya.

“Kau juga sudah menggangguku. Kau tahu. Kau terlalu lama menumpuk idemu di kepalamu. Aku sesak di antara ide-idemu. Sudah saatnya malam ini aku …”

“Apa? Sudah saatnya malam ini kau mengganggu tidurku !!?”

“Maaf waktuku habis melayanimu. Ingat pesanku baik-baik, jika kau merasa membutuhkanku, lakukan 3 hal, bacalah sesuatu, lihatlah sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, jangan banyak bicara.”

Itulah kata-kata terakhirnya. Ia menghilang menjadi kunang-kunang cahaya dan terbang lewat ventilasi kostku, karena sebelumnya ia berwujud cahaya tepat di hadapanku yang duduk di atas kasurku.

Aku masih terpaku di atas kasurku setelah cahaya ideku lenyap. Aku merasa bersalah kepadanya. Aku tak tahu harus berbuat apa dengan pena yang ada di tangan kananku. Kucoba nyalakan lampu belajarku, mengambil kertas dan mencoba menulis sesuatu. Tetapi entah kenapa, rasanya tak ada apapun di batok kepalaku ini. Kucoba gerakkan penaku di atas kertas, tapi tak mampu, rasanya berat sekali hingga badanku bekeringat dan dapat kurasakan ada yang mengalir di sudut mataku, dan tiba-tiba semuanya gelap.

***
Aku terbangun di pagi harinya di meja belajarku dengan badan basah kuyup karena keringat. Aku terbangun karena suara dari lampu belajarku yang jatuh dari meja. Aku sungguh terkejut melihat jam pagi itu. Setengah jam lagi waktunya ujian. Segera aku mandi, tanpa sabun dan hanya gosok gigi. Aku sadar belum shalat subuh, tapi apa boleh buat, aku harus ikut ujian, begitu kata hatiku.

Aku berlari sekuat tenaga menuju kampus dengan perut yag merengek-rengek minta makan. “Dasar perut sial !!!” kataku sambil berlari. Akhirnya aku tiba di kampus dengan mencoba menghilangkan wajah kecapaian di depan teman-temanku setelah berlari. Kucari posisi yang tepat untuk ujianku kali ini. Ya, di pojok kiri kelas ada bangku kosong. Alangkah senangnya aku.

Belum lama aku mengambil nafas di bangku kelas, tiba-tiba ada teman yang berlari kegirangan dan berteriak “Woi, ujian ditunda minggu depan !!!”. Sontak saja seisi kelas bersorak dan aku, yang ada di sudut kelas itu, tertunduk lesu memandangi lantai. “Hei, kenapa kawan? Sudah belajar ya semalam? Hahaha…” ucap seorang teman melihatku memandangi lantai. Ya tuhan, berapa banyak yang telah kuabaikan, kataku dalam hati.



Senin, 16 Januari 2012

Tentang kostku

Aku disini. Setelah shalat magrib dan selesai membaca quran aku duduk sendiri di depan lampu belajarku. Di ruangan yang tak lebih lima belas meter persegi inilah aku menempuh pendidikan awal kuliahku. Tak kusadari sudah lebih tiga bulan aku berada di ‘kotak’ kostku ini. Sendirian. Aku ingat, hanya buku-buku, tempat tidur, alat-alat memasak, dispenser, setrika, sapu, dan rak sepatu yang menemaniku selama ini. Dan tak lupa sebuah TV berwarna berukuran 30x30 cm yang sudah rusak sebulan yang lalu karena terlalu sering dinyalakan. Sebenarnya bukan baru kali ini aku menempuh pendidikaan jauh dari orang tua dan harus tinggal di kost. Aku sudah tinggal di kost sejak aku masuk SMA. Sendirian , ditemani barang-barang yang sama, jauh dari pusat kota, dan tanpa TV.

Malam ini tak ada yang berkunjung ke kos-anku. Seperti biasa. Semenjak TV di Kostku rusak, maka semenjak itu pun tak ada lagi yang berkunjung. Hanya sesekali kost-anku dikunjungi , itupun oleh seekor kucing hitam kelabu yang selalu memelas ketika makan malamku. Aku segera bergegas keluar kost menuju kantin di depan kostku. Aku harus berjalan setengah berlari ke sana karena sejak sore hujan mengguyur kost-an kusamku.

“Bukde nasi ikannya dibungkus ya?” Kataku terengah-engah.

“Waduh akh ganteng, kehujanan ya?” Jawab bukde balik Tanya.

Aku hanya tersenyum. Aku tahu pertanyaannya tak perlu dijawab. Seperti biasa. Setelah kata “…akh ganteng” biasanya kaliimatnya akan berlanjut dengan “…dari kuliah ya?”, “…kehujanan ya?, “…baru bangun ya?” , atau “…dari mana?”.

“Pake sambal nggak?” Tanyanya lagi.

“O… nggak usah bukde…” Jawabku.

“Waduh akh ganteng penyayang banget ya?”

“Maksudnya?”

“Biasanya orang yang nggak mau makan ‘pake’ sambal orangnya penyayang lho???”

Aku kembali tersenyum. Aku tak tahu harus menjawab apa. Aku tak ingin berdebat dengan orang yang lebih tua. Yang ku tahu orang yang kuhadapi ini sudah lama makan garamnya kehidupan, maka tak perlu kudebat pendapatnya tentang teori panyayangnya. Kulihat hujan mulai berkurang rintiknya, segera aku pamit dari kantin dengan setengah berlari.

“Hati-hati ya akh ganteng !!” Pinta bukde lirih.

“Ya bukde” Jawabku.


Masih setengah berlari. Kulihat seekor kucing dikejauhan mengejarku di rintik hujan. Tiba di depan pintu kostku, ia mengelilingi kakiku manja, berharap dapat kepala ikan atau kerupuk ikan. Hujan kembali deras. Segera kuangkat kucing itu dengan tangan kiriku, meletakkannya di atas keset, mengeringkan kaki dan badannya dengan tisu, setelah itu kembali ia mengelilingi kakiku dengan manja.

“Hei, kau mau kepala ikan?” tanyaku retoris dengan kucing itu.

“Meow…” Jawabnya.

Aku tersenyum. Aku ingat, tak ada hal yang lebih menarik yang dapat kuceritakan tentang kostku selain tentang bukde kantin di seberang kostku dan kucing hitam kelabu yang setia menemaniku makan malamku.


Minggu, 08 Januari 2012

Cara Mempercepat Koneksi Internet (Recommended Trick)



Bagi Anda yang suka berselancar didunia maya tentunya tak mau aktivitas berselancar Anda terhambat dengan koneksi yang 'lemot', apalagi jika Anda termasuk dalam kategori orang yang bekerja dengan semua referensinya berasal dari dunia maya koneksi yang lambat tentu akan sangat menggangu. Nah disini saya coba berbagi trik agar koneksi anda tidak lamban atau minimal stabil dan tidak terganggu karena respon server yang lama, yaitu dengan mengganti DNS anda dengan DNS server yang stabil seperti server google. siapa coba yang meragukan kemampuan server om google?? hhe :D Ok deh langsung aja bagi yang mau coba trik ini.. ;-)
1. Buka Start pilih Control Panel
2. Kemudian masuk ke 'Network and Connection'
3. Pilih 'Network and Sharing Center'
4. Lanjut ke 'Change Adapter Setting'
5. Pada Bagian ini Anda akan dilihatkan pada beberapa konektifitas yang pernah Anda gunakan, pilih konektifitas yang sedang Anda gunakan sekarang, misalnya Modem Xl atau three, dan klik 2x
6. Pilih 'Properties'
7. Kemudian Pilih Tab 'Networking', disini Anda akan melihat pada TCP/IP apa modem yang Anda gunakan sekarang yaitu TCP/IP yang bercentang, pilih TCP/IP tersebut dan pilih 'properties'
8. Anda memasuki tahap akhir, pilih 'Use the following DNS server addresses' dan masukkan salah satu DNS server dibawah
9. Jika sudah simpan dan 'dial' kembali koneksi internet Anda

Selamat Anda telah membuat koneksi internet Anda Lebih Cepat dan Stabil

Alamat DNS server terpercaya hhe ;-):

Server DNS Google

8.8.8.8
8.8.4.4

Server Open DNS

208.67.222.222
208.67.220.220

Server DNS Norton

198.153.192.1
198.153.194.1

Server DNS Advantage

156.154.70.1
156.154.71.1

Server DNS Verizon

4.2.2.1
4.2.2.2
4.2.2.3
4.2.2.4
4.2.2.5
4.2.2.6

Server DNS Scrubit

67.138.54.100
207.255.209.66

10 Kesalahpahaman tentang Kesuksesan

Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam memandang yang namanya sukses. Ada yang menganggap kalau kita kaya dan banyak uang berarti sudah sukses, ada yang menganggap kalau sudah kuliah sampai tingkat S3 berarti sudah sukses, ada yang menganggap kalau memiliki penghasilan besar berarti sukses. Tidak salah kalau kita menganggapnya begitu karena makna kesuksesan itu sendiri berbeda setiap orang.
Namun, sukses lebih dari itu. Karena menurut saya kalau kita kaya raya tetapi belum memiliki kepuasan akan kekayaan dan tidak bahagia maka hal itu belum bisa dikatakan sukses. Ada beberapa kesalahpahaman tentang arti kesuksesan. Adapun kesalahpahaman itu saya ambil dari buku The Inspiring Success. Sebagai berikut.

Kesalahpahaman 1

Beberapa orang tidak bisa sukses karena latar belakang, pendidikan, dan lain-lain.

Padahal, setiap orang dapat meraih keberhasilan.
Ini hanya bagaimana mereka menginginkannya, kemudian melakukan sesuatu untuk mencapainya.

Kesalahpahaman 2

Orang-orang yang sukses tidak melakukan kesalahan.

Padahal, orang-orang sukses itu justru melakukan kesalahan sebagaimana kita semua pernah lakukan Namun, mereka tidak melakukan kesalahan itu untuk kedua kalinya.

Kesalahpahaman 3

Agar sukses, kita harus bekerja lebih dari 60 jam (70, 80, 90…) seminggu.

Padahal, persoalannya bukan terletak pada lamanya anda bekerja.
Tetapi bagaimana anda dapat melakukan sesuatu yang benar.

Kesalahpahaman 4

Anda hanya bisa sukses bila bermain sesuatu dengan aturan.

Padahal, siapakah yang membuat aturan itu? Setiap situasi membutuhkan cara yang berbeda. Kadang-kadang kita memang harus mengikuti aturan, tetapi di saat lain andalah yang membuat aturan itu.

Kesalahpahaman 5

Jika anda selalu meminta bantuan, anda tidak sukses.

Padahal, sukses jarang sekali terjadi di saat-saat vakum.
Justru, dengan mengakui dan menghargai bantuan orang lain dapat membantu keberhasilan anda. Dan, sesungguhnya ada banyak sekali orang semacam itu.

Kesalahpahaman 6

Diperlukan banyak keberuntungan untuk sukses.

Padahal, hanya dibutuhkan sedikit keberuntungan.
Namun, diperlukan banyak kerja keras, kecerdasan, pengetahuan, dan penerapan.

Kesalahpahaman 7

Sukses adalah bila anda mendapatkan banyak uang.

Padahal, uang hanya satu saja dari begitu banyak keuntungan yang diberikan oleh kesuksesan. Uang pun bukan jaminan kesuksesan anda.

Kesalahpahaman 8

Sukses adalah bila semua orang mengakuinya.

Padahal, anda mungkin dapat meraih lebih banyak orang dan pengakuan dari orang lain atas apa yang anda lakukan. Tetapi, meskipun hanya anda sendiri yang mengetahuinya, anda tetaplah sukses.

Kesalahpahaman 9

Sukses adalah tujuan.

Padahal, sukses lebih dari sekedar anda bisa meraih tujuan dan goal anda.
Katakan bahwa anda menginginkan keberhasilan, maka ajukan pertanyaan “atas hal apa?”

Kesalahpahaman 10

Saya sukses bila kesulitan saya berakhir.

Padahal, anda mungkin sukses, tapi anda bukan Tuhan.
Anda tetap harus melalui jalan yang naik turun sebagaimana anda alami di masa-masa lalu. Nikmati saja apa yang telah anda raih dan hidup setiap hari sebagaimana adanya.
(diadaptasi dari “The Top 10 Misconceptions About Success”, Jim M. Allen.
CoachJim.com)

Kamis, 05 Januari 2012

Tak ada bisnis tanpa resiko

Bagaimana kalau anda seorang perbisnis yang sukses dan ada orang yang melontarkan pertanyaan seperti ini kepada anda :

"Pak bisnis apa yang bagus saat ini? Yang resikonya kecil tapi untungnya besar".Saya tidak mau ketemu makhluk yang namanya RISIKO."

pasti ada banyak jawaban untuk pertanyaan diatas ..
mungkin tanpa kita sadari sesungguhnya kita hidup dikelilingi oleh risiko, setiap hari, setiap saat. Masa sih...? Coba perhatikan. Dari rumah pergi ke kantor naik mobil, risikonya kecelakaan, masuk rumah sakit bahkan mati. Naik pesawat terbang, enteng saja kita naiknya. Padahal risikonya jatuh, terus mati. Apakah ada di antara kita yang mempunyai motivasi seperti itu, mau bisnis tapi ndak mau resikonya.

Yang risikonya mati saja kita berani, sekarang berbisnis yang risikonya cuma kehilangan uang, bahkan dapat cashback, bukan nyawa kok kita tidak berani? Kan lucu! Lebih lucu lagi, bahkan mungkin ada bisnis yang tidak ada risikonya pun ada yang masih tidak berani..

seorang entrepreneur sukses bukanlah orang yang berani mengambil resiko saja. Tapi mereka juga harus bisa mengelola segala resiko menjadi sebuah peluang baru yang menguntungkan.

Bagaimana cara mengatasi resiko bisnis? Berikut langkah-langkah yang perlu Anda perhatikan, untuk mengurangi resiko

1. Melakukan riset

Sebelum memulai usaha, sebaiknya kita melakukan riset mengenai hambatan-hambatan yang dimungkinkan muncul ditengah perjalanan usaha. Dengan begitu kita dapat menyiapkan strategi sedini mungkin, untuk mengantisipasi hambatan yang dimungkinkan ada. Misalnya saja resiko persaingan bisnis yang dimungkinkan semakin meningkat.
dianjurkan : Pilihlah peluang bisnis sesuai dengan skill dan minat yang kita miliki, jangan sampai kita memulai usaha hanya karena ikut-ikutan trend yang ada. Dengan memulai usaha sesuai dengan skill dan minat, setidaknya kita memiliki bekal pengetahuan dan keahlian untuk mengurangi dan mengatasi segala resiko yang muncul di tengah perjalanan kita.

2. Carilah Referensi-referensi kunci sukses dalam berbisnis

Carilah informasi mengenai kunci kesuksesan bisnis . Hal tersebut bisa membantu kita untuk menentukan langkah-langkah apa saja yang bisa membuat usaha kita berkembang, dan langkah apa saja yang tidak perlu dilakukan untuk mengurangi munculnya resiko yang tidak diinginkan.

3. Berfikir bijak tentang Resiko

Sesuaikan besar modal usaha yang Anda miliki dengan resiko usaha yang Anda ambil. Jangan terlalu memaksakan diri untuk mengambil peluang usaha yang beresiko besar, jika modal usaha yang Anda miliki juga masih terbatas.

4. Keteguhan Hati dan Kreatifitas

Kesuksesan bisnis bisa dibangun dengan adanya keteguhan hati yang didukung kreatifitas. Dengan keteguhan hati dalam mencapai kesuksesan serta kreatifitas untuk mengembangkan usaha dengan ide-ide baru. Maka segala resiko yang muncul bisa kita atasi dengan baik.

5. Cari informasi tentang prospek bisnis yang kita jalani

Cari informasi tentang prospek bisnis tersebut sebelum mengambil sebuah resiko. Saat ini banyak peluang usaha yang tiba-tiba booming, namun prospek bisnisnya tidak bisa bertahan lama. Hanya dalam hitungan bulan saja, bisnis tersebut surut seiring dengan bergantinya trend pasar. Sebaiknya kita menghindari jenis peluang usaha seperti itu, karena resikonya cukup besar.


6. Lihat tingkat kebutuhan Konsumen

Ketahui seberapa besar tingkat kebutuhan masyarakat akan produk kita. Semakin besar tingkat kebutuhan konsumen akan sebuah produk, maka akan memperkecil resiko bisnis tersebut. Setidaknya resiko dalam memasarkan produk.

Dari point-point diatas, bisa diambil kesimpulan bahwa semua resiko bisnis bisa diatasi dengan kejelian, ketekunan dan kreatifitas kita. Oleh karena itu, tingkatkan kemampuan dan pengetahuan kita dalam menjalankan usaha. Agar segala resiko yang muncul ditengah perjalanan, tidak sampai merugikan bisnis kita.